Profil Desa Jerukagung

Ketahui informasi secara rinci Desa Jerukagung mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Jerukagung

Tentang Kami

Profil Desa Jerukagung, Kecamatan Srumbung, Magelang. Mengupas potensi sebagai sentra agribisnis jeruk keprok, rintisan agrowisata petik jeruk yang edukatif, dan resiliensi masyarakat pekebun di lereng subur Gunung Merapi.

  • Sentra Agribisnis Jeruk Keprok

    Desa Jerukagung merupakan pusat budidaya jeruk keprok (jeruk siam) berkualitas tinggi yang menjadi ikon dan penggerak utama ekonomi pertanian desa, ditopang oleh kesuburan tanah vulkanik.

  • Rintisan Agrowisata Petik Jeruk

    Secara aktif mengembangkan potensi perkebunannya menjadi daya tarik agrowisata "petik jeruk", yang menawarkan pengalaman rekreasi dan edukasi langsung bagi pengunjung.

  • Komunitas Pekebun Tangguh Bencana

    Masyarakatnya hidup dalam budaya kesiapsiagaan tinggi sebagai bagian dari Kawasan Rawan Bencana (KRB), dengan strategi adaptasi spesifik untuk melindungi aset perkebunan jeruk dari dampak aktivitas vulkanik.

XM Broker

Di lereng Gunung Merapi yang subur, Desa Jerukagung di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, menawarkan sebuah narasi unik tentang bagaimana anugerah alam dapat dibudidayakan menjadi sumber kesejahteraan. Sesuai dengan namanya, desa ini merupakan sebuah hamparan kebun jeruk keprok yang produktif, di mana aroma segar bunga dan buah jeruk berpadu dengan udara sejuk pegunungan. Masyarakat Jerukagung tidak hanya piawai dalam menanam dan merawat "emas oranye" mereka, tetapi juga inovatif dalam mengubah kebun-kebun tersebut menjadi destinasi agrowisata yang menarik. Di tengah kehidupan yang menuntut kewaspadaan tinggi terhadap aktivitas Merapi, Jerukagung hadir sebagai bukti bahwa berkah termanis seringkali tumbuh di tanah yang paling menantang.

Geografi Subur di Zona Waspada Merapi

Secara geografis, Desa Jerukagung menempati lahan seluas 1,98 kilometer persegi. Seluruh wilayahnya berada di lereng selatan Gunung Merapi, yang secara resmi ditetapkan sebagai Kawasan Rawan Bencana (KRB). Posisi ini memberikan dua sisi mata uang yang harus dikelola secara bijaksana oleh warganya. Di satu sisi, lapisan tanah vulkanik yang kaya akan unsur hara, dikombinasikan dengan sistem drainase alami dari lahan miring, menciptakan kondisi agroklimat yang sempurna untuk budidaya jeruk berkualitas premium.Di sisi lain, kehidupan di zona waspada ini menuntut kesiapsiagaan yang konstan. Secara administratif, Desa Jerukagung terdiri dari enam dusun: Dusun Drojogan, Gatak, Karang, Keron, Nglorog dan Semen. Setiap dusun memiliki tingkat kerentanan yang berbeda dan telah terpetakan dalam rencana kontingensi bencana. Bagi masyarakat Jerukagung, geografi bukan hanya soal kontur dan jenis tanah, tetapi juga tentang memahami alur risiko dan membangun benteng resiliensi untuk melindungi keluarga dan aset utama mereka, yaitu kebun jeruk.

Demografi dan Kultur Masyarakat Pekebun

Berdasarkan data kependudukan terbaru, Desa Jerukagung dihuni oleh sekitar 2.550 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.288 jiwa per kilometer persegi. Karakter yang paling menonjol dari masyarakatnya ialah kultur sebagai pekebun (pekebun) sejati. Berbeda dari petani tanaman pangan semusim, menjadi pekebun jeruk menuntut investasi jangka panjang, kesabaran, dan perawatan yang telaten mulai dari pembibitan hingga pohon menjadi produktif bertahun-tahun kemudian.Kultur ini membentuk masyarakat yang visioner, teliti, dan memiliki ikatan yang kuat dengan lahan garapan mereka. Pengetahuan tentang cara merawat pohon jeruk, mengatasi hama, hingga teknik pemupukan yang tepat menjadi kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kelompok-kelompok tani menjadi wadah penting untuk berbagi informasi, mengakses bantuan pemerintah, dan memperkuat posisi tawar saat musim panen tiba. Solidaritas sebagai sesama pekebun juga menjadi fondasi sosial yang kokoh, terutama saat harus menghadapi tantangan bersama seperti dampak anomali cuaca atau aktivitas Gunung Merapi.

Jeruk Keprok sebagai Emas Oranye dari Lereng Merapi

Perekonomian Desa Jerukagung secara mayoritas digerakkan oleh agribisnis jeruk keprok (sering juga disebut jeruk siam). Desa ini merupakan salah satu pemasok utama jeruk berkualitas untuk pasar lokal di Magelang dan sekitarnya. Jeruk dari Jerukagung dikenal memiliki rasa yang manis dengan sedikit sentuhan asam yang segar, kulit yang mudah dikupas, dan kandungan air yang melimpah.Hamparan kebun jeruk yang menghijau dengan buah-buah berwarna oranye cerah menjadi pemandangan yang mendominasi desa, terutama saat musim panen raya. Aktivitas ekonomi ini sangat padat karya, melibatkan warga dalam berbagai tahapan, mulai dari penanaman, pemeliharaan (pemangkasan dan pemupukan), panen, hingga sortasi dan pengemasan. Agribisnis ini tidak hanya memberikan pendapatan langsung bagi para pemilik kebun, tetapi juga menciptakan lapangan kerja musiman bagi para pekerja panen dan pedagang perantara, membentuk sebuah ekosistem ekonomi yang hidup dan berkelanjutan.

Merintis Agrowisata: Pengalaman Petik Jeruk Langsung dari Pohon

Menyadari potensi lebih dari sekadar menjual buah segar, masyarakat Desa Jerukagung yang inovatif mulai merintis pengembangan agrowisata berbasis perkebunan mereka. Konsep "wisata petik jeruk" menjadi daya tarik utama yang ditawarkan kepada pengunjung. Melalui model ini, wisatawan tidak hanya membeli produk, tetapi juga membeli pengalaman yang unik dan berkesan.Pengunjung diajak untuk berjalan-jalan di antara rimbunnya pohon jeruk, memilih sendiri buah yang ingin dipetik langsung dari pohonnya, dan menikmati kesegaran jeruk di tengah suasana pedesaan yang asri. Selain rekreasi, agrowisata ini juga menyisipkan unsur edukasi, di mana pengunjung dapat belajar tentang proses budidaya jeruk dari para petani. Inisiatif ini merupakan langkah cerdas untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian, menciptakan sumber pendapatan baru bagi warga, dan mempromosikan nama Desa Jerukagung sebagai destinasi wisata alternatif yang menarik di kawasan Srumbung.

Resiliensi dan Adaptasi Pertanian di Kawasan Bencana

Sebagai pekebun yang hidup di lereng gunung api, para petani di Desa Jerukagung telah mengembangkan berbagai strategi adaptasi untuk melindungi aset mereka. Salah satu tantangan utama saat Merapi aktif ialah hujan abu vulkanik. Lapisan abu yang menutupi daun dapat menghambat proses fotosintesis dan "membakar" jaringan tanaman. Untuk mengatasinya, para petani akan segera menyemprot seluruh bagian pohon dengan air bersih setelah hujan abu reda untuk membersihkan daun dan buah.Selain itu, sistem peringatan dini yang terhubung dengan pos pengamatan Gunung Merapi memungkinkan para petani untuk mengambil langkah-langkah antisipatif, seperti mempercepat panen jika diprediksi akan terjadi peningkatan aktivitas vulkanik. Pengetahuan dan adaptasi terhadap risiko ini menunjukkan tingkat resiliensi yang tinggi, di mana praktik pertanian tidak hanya berfokus pada produktivitas, tetapi juga pada manajemen risiko untuk memastikan keberlanjutan usaha tani mereka di tengah tantangan alam yang dinamis.